Sepenggal Kisah Mbak Khu



Dunia Ibu Khuriyah atau biasa di panggil “Mbak Khu” warga Kelurahan Kepel-Krajan Kota Pasuruan mendadak runtuh tiada terperi ketika suami tercintanya – Idrus di vonis mengidap kanker. Musibah ini melemparkannya pada situasi yang betul-betul luar biasa: mencemaskan, menguras energi dan emosi, penuh perjuangan dan pengabdian, sekaligus mengubah dirinya menjadi manusia baru.

Kehidupan normal Mbak khu yakni hanya sebagai ibu rumah tangga dengan tiga orang putra dan sebuah toko kelontong kecil, tidak dapat lagi dia  dia rasakan. anak-anak yang manis – harus menerima fakta bahwa hidup bisa begitu tega memperlakukan mereka.

Suami yang menjadi tulang punggung keluarga, sekarang sudah tidak mampu berbuat apa-apa lagi. Mbak khu memutuskan merawat suaminya secara total agar pulih seperti semula.
Kemoterapi di Malang dan Surabaya Telah 2 kali dilakukan, pengobatan alternatif pun telah banyak dilakukan.

“Sudah di kemo 2 kali belum ada hasil, masih nunggu kemo yang ke-3. setiap kali ada orang menyarankan berbagai pengobatan alternatif ataupun orang pinter, kami langsung pergi berobat. Barangkali berjodoh dan sembuh seperti semula.” Mbak khu menuturkan.
Kendatipun setiap kali berobat ke PUSKESMAS atau Rumah Sakit tanpa dikenakan biaya, namun biaya perjalanan dan lain-lain, juga pengobatan alternatif sangatlah banyak menguras aset keluarga. Satu persatu benda-benda berharga dan aset toko kelontong kecilnya habis terjual.

“untuk mengirit biaya, kita pergi berobat ke Malang atau Surabaya dengan naik motor. Panas-kepanasan dan hujan-kehujanan sering kami alami dengan besar harapan semoga penyakit suami saya dapat disembuhkan” Mbak khu Manmbahkan.

Untuk menghidupi ketiga anaknya, Mbak khu bekerja sebagai buruh tani di lingkungan kelurahan Kepel, Bapak Idrus yang sudah makin parah dan tidak bisa bergerak hanya mampu berbaring di rumah.

Meski demikian, Mbak Khu tetap bersemangat menjalani hidup dan menghidupi keluarganya.
 “alhamdulillah, hingga kini anak-anak masih tekun bersekolah dan masuk sepuluh besar di sekolahnya. Yang pertama kelas 1 SMK Untung Surapati, Nomer dua Kelas 1 MTsN, satunya masih belum bersekolah”

Mbak Khu  terus mendampingi suaminya sampai mengembuskan napas terakhir persis di sampingnya pada hari Minggu, 4 Mei 2014.


Mendengar penuturan ibu marfuah kami baznas kota pasuruan hanya dapat tertunduk seraya berdoa dalam hati semoga kami semua dijauhkan dari beban dan beratnya cobaan hidup. Dan semoga Ibu Marpuah tetap diberikan kekuatan, ketabahan, keteguhan iman dan semangat melanjutkan hidupnya. Amiiiiiiiin.....





Alm. Bapak Idrus 


Sehari sebelum Bapak Idrus meninggal dunia, BAZNAS Kota pasuruan memutuskan untuk membantu biaya pengobatan. Namun Takdir berkehendak lain, beliau telah meninggal. Tetapi kami tetap memberikan santunan bagi keluarga Mbak khu. 

Post a Comment

Previous Post Next Post