Cara mensyukuri nikmat dan karunia Allah.



Rasulullah shollallahu Alaihi Wa Sallam dikenal sebagai abdan syakuura (hamba Allah yang banyak bersyukur). Setiap langkah dan tindakan beliau merupakan perwujudan rasa syukurnya kepada Allah.Suatu ketika Nabi memegang tangan Muadz bin Jabal dengan mesra seraya berkata :

“Hai Muadz, demi Allah sesungguhnya aku amat menyayangimu”. Beliau melanjutkan sabdanya, “Wahai Muadz, aku berpesan, janganlah kamu tinggalkan pada tiap-tiap sehabis shalat berdo’a : Allahumma a’innii `alaa dzikrika wa syukrika wa husni `ibaadatika (Ya Allah,tolonglah aku agar senantiasa ingat kepada-Mu, mensyukuri nikmat-Mu, dan baik dalam beribadat kepada-Mu)”.


Mengapa kita perlu memohon pertolongan Allah dalam berdzikir dan bersyukur ? .,


Tanpa pertolongan dan bimbingan Allah amal perbuatan kita akan sia-sia. Sebab kita tidak akan sanggup membalas kebaikan Allah kendati banyak menyebut asma Allah; Menyanjung, memuja dan mengaungkan-Nya. Lagi pula, hakikat syukur bukanlah dalam mengucapkan kalimat tersubut, kendati ucapan tersebut wajib dilakukan sebanyak-banyaknya.


Al Junaid seorang sufi, pernah ditanya tentang Makna (hakikat) syukur. Dia berkata, “Jangan sampai engkau menggunakan nikmat karunia Allah untuk bermaksiat kepada-Nya”.

Kita taat dengan menggunakan karunia dan izin Allah. Bahkan ketaatan itu sendiri merupakan karunia dan hidayah Allah. Sebaliknya, seseorang yang melakukan maksiat pun sudah pasti dengan menyalahgunakan nikmat Allah dan akibat kesalahannya sendiri.

Ketika kita menerima pemberian Allah kita memuji-Nya, tetapi ini sama sekali belum mewakili kesyukuran kita. Pujian yang indah dan syahdu saja belum cukup, dia baru dikatakan bersyukur bila diwujudkan dalam bentuk amal shaleh yang diridhai Allah.


Abu Hazim Salamah bin Dinar berkata, “Perumpamaan orang yang memuji syukur kepada Allah hanya dengan lidah, namun belum bersyukur dengan ketaatannya, sama halnya dengan orang yang berpakaian hanya mampu menutup kepala dan kakinya, tetapi tidak cukup menutupi seluruh tubuhnya. Apakah pakaian demikian dapat melindungi dari cuaca panas atau dingin ?”

Syukur sejati terungkap dalam seluruh sikap dan perbuatan, dalam amal perbuatan dan kerja Nyata.
Para ulama mengemukakan tiga cara bersyukur kepada Allah.


1.    bersyukur dengan hati nurani. Kata hati alias nurani selalu benar dan jujur. Untuk itu, orang yang bersyukur dengan hati nuraninya sebenarnya tidak akan pernah mengingkari banyaknya nikmat Allah. Dengan detak hati yang paling dalam, kita sebenarnya mampu menyadari seluruh nikmat yang kita peroleh setiap detik hidup kita tidak lain berasal dari Allah. Hanya Allahlah yang mampu menganugerahkan nikmat-Nya.


2.    Bersyukur dengan ucapan. Lidahlah yang biasa melafalkan kata-kata. Ungkapan yang paling baik untuk menyatakan syukur kita kepada Allah adalah hamdalah. Dalam sebuah hadis, Rasulullah bersabda, ``Barangsiapa mengucapkan subhana Allah, maka baginya 10 kebaikan. Barangsiapa membaca la ilaha illa Allah, maka baginya 20 kebaikan. Dan, barangsiapa membaca alhamdu li Allah, maka baginya 30 kebaikan.


3.    Bersyukur dengan perbuatan, yang biasanya dilakukan anggota tubuh. Tubuh yang diberikan Allah kepada manusia sebaiknya dipergunakan untuk hal-hal yang positif. Menurut Imam al-Ghazali, ada tujuh anggota tubuh yang harus dimaksimalkan untuk bersyukur. Antara lain, mata, telinga, lidah, tangan, perut, kemaluan, dan kaki. Seluruh anggota ini diciptakan Allah sebagai nikmat-Nya untuk kita. Lidah, misalnya, hanya untuk mengeluarkan kata-kata yang baik, berzikir, dan mengungkapkan nikmat yang kita rasakan. Allah berfirman, 

``Dan terhadap nikmat Tuhanmu, hendaklah kamu menyebut-nyebutnya (dengan bersyukur).`` (QS Aldhuha [93]: 11).




Post a Comment

Previous Post Next Post